Hisory of Maroon 5

Adam Levine – Vocals, Guitar
James Valentine – Guitar
Jesse Carmichael – Keyboards
Mickey Madden – Bass
Ryan Dusick – Drums

Sometimes Plan B can put Plan A to shame. Singer/guitarist Adam Levine, guitarist Jesse Carmichael, bass player Mickey Madden and drummer Ryan Dusick would second that emotion, seeing as how their first shot at the big time got them some rave notices, but not much else. Now, their second shot, in the form of neo-soul rock outfit Maroon 5, thanks to 2 songs, “Harder To Breathe” and “This Love” has the LA-based Maroon 5 looking like the Cinderella story for 2004.

Released as a single way back in the summer of 2002, seventeen months later “Harder To Breathe” hit #4 at top 40 radio. Over 500 live shows, including opening stints for John Mayer, Sheryl Crow, Train, and Counting Crows, and now a consistent headline act in its own right, has helped to underscore a list of reasons why Maroon 5’s debut CD, Songs About Jane, had already sold more than 1,900,000 records and gotten the guys on the Tonight Show twice, The Today Show, Jimmy Kimmel Live, Last Call with Carson Daly and the Late Late Show with Craig Kilborn. The next single, “This Love” was #1 at top 40, VH1 and MTV, simultaneously! It was also the first song ever to be certified as a platinum download.

But perhaps we’re getting ahead of ourselves. What about Plan A?

Known as Kara’s Flowers, Levine, Carmichael and Madden were the toast of their West LA high school (Dusick, who’d known Levine since they were nine and seven, respectively, had already graduated). Here they were, 17 years old and making a CD with legendary producer Rob Cavallo (Green Day, Goo Goo Dolls, Michelle Branch). Life was grand.

This is where the good news ends. Following a disappointing run with their debut, The Fourth World, Kara’s Flowers were granted their release from the label. Plan A had gone awry, leaving the quartet to consider their future. “We were like, ‘Okay, what do we do now?’ recalls Levine. “So we ran away to college to figure it out.” Leaving Dusick and Madden behind to study at UCLA, Levine and Carmichael ran smack dab into Plan B in the dorms at the State University of New York.

“The halls would be blasting Gospel music and people would be listening to stuff that we’d never actually listened to, like Biggie Smalls, Missy Elliot and Jay-Z. The Aaliyah record had come out around then, and we were just blown away. When I think of songwriting, I think of The Beatles, Dylan, Simon & Garfunkel—the stuff that I grew up on—but then I was like, ‘I want to do this.’ Stevie Wonder came into my life at that point,” Levine mentions, “and I just found a knack for doing it.

“I started singing differently,” he told VH1, “and Jesse started playing keyboards; that’s what changed it.” When the duo hooked back up with Madden and Dusick in LA they were summarily reinvigorated by adding an R&B, groove-based tint to their explosive rock & roll. With the new musical frame-of-mind came a new name—Maroon 5—and a fifth member: guitarist James Valentine. “James came along right as we were deciding on the name,” says Levine. “We clearly weren’t Kara’s Flowers anymore, with the addition of James and an entirely new approach to music. Also, if you name a band when you’re 15, by the time you’re 23 you’re probably not gonna like it very much.”

Fortified with a new attitude, a new sound and a new name, Maroon 5 quickly attracted attention from labels. Octone Records, a new independent label based in New York (Octone is a marketing co-venture partner of J Records / RCA Music Group), signed the group, and in 2001 Maroon 5 entered the studio with producer Matt Wallace (The Replacements, Faith No More, Blues Traveler). “I was all about making a hardcore, straight-up, funk R&B record,” Levine remembers. “I have to give the people at Octone credit because they were really trying to push us to do this. Matt Wallace also thought we had so much chemistry as a rock & roll band that it would be a shame to lose that element. We went back and recorded live drums over loops, and wound up making more of a rock record, which I think makes it stand out way better.”

The resulting album, Songs About Jane, was released in June 2002. Funky rhythms and classic soul melodies co-habiting with searing guitars and a powerful rock bottom end. On top of it all, Levine’s expressive voice belts out tale after tale of an ex-girlfriend. You can probably guess her name.

“Harder To Breathe,” a powerhouse guitar workout, is ironically not a song about Jane. “There was a lot of pressure to write,” Levine offers. “I just want to make music when I feel like making music, and when I feel forced it’s kind of frustrating. Granted, I don’t have much to complain about, but I thought that I was done with the album. It turned out to be for the best because it pissed me off so much I wrote ‘This Love’ and ‘Harder To Breathe,’ which are the first two songs on the record.”

Penemu Listrik

Michael Faraday adalah ilmuwan Inggris yang mendapat julukan “Bapak Listrik”, karena berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya. Faraday lahir 22 September 1791 di Newington, Inggris. Ia mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk elektromagnetisme dan elektrokimia. Dia juga menemukan alat yang nantinya menjadi pembakar Bunsen, yang digunakan hampir di seluruh laboratorium sains sebagai sumber panas yang praktis.

Biografi Michael Faraday Penemu Listrik

Efek magnetisme menuntunnya menemukan ide-ide yang menjadi dasar teori medan magnet. Ia banyak memberi ceramah untuk memopulerkan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan pada masyarakat umum. Pendekatan rasionalnya dalam mengembangkan teori dan menganalisis hasilnya amat mengagumkan.Image

Banyak tokoh penyumbang dalam hal kelistrikan: Charles Augustine de Coulomb, Count Alessandro Volta, Hans Christian Oersted dan Andre Marie Ampere. Mereka-mereka ini diantara jago-jago terbaik di bidang listrik. Namun, puncak bin puncak dari semuanya adalah ilmuwan Inggris Michael Faraday dan James Clerk Maxwell. Walaupun kerja kedua orang itu berkaitan satu sama lain dan saling lengkap-melengkapi, tetapi mereka bukan berada dalam satu tim, masing-masing mencipta secara pribadi, karena itu kedua-duanya dapat tempat terhormat di dalam daftar urutan buku ini.

 

Michael Faraday berasal dari keluarga tak berpunya dan umumnya belajar sendiri. Di usia empat belas tahun dia magang jadi tukang jilid dan jual buku, dan kesempatan inilah yang digunakannya banyak baca buku seperti orang kesetanan. Tatkala umurnya menginjak dua puluh tahun, dia mengunjungi ceramah-ceramah yang diberikan oleh ilmuwan Inggris kenamaan Sir Humphry Davy. Faraday terpesona dan ternganga-nganga. Ditulisnya surat kepada Davy dan pendek ceritera untung baik diterima sebagai asistennya. Hanya dalam tempo beberapa tahun, Faraday sudah bisa membikin penemuan-penemuan baru atas hasil kreasinya sendiri. Meski dia tidak punya latar belakang yang memadai di bidang matematika, selaku ahli ilmu alam dia tak terlawankan.

Penemuan Faraday pertama yang penting di bidang listrik terjadi tahun 1821. Dua tahun sebelumnya Oersted telah menemukan bahwa jarum magnit kompas biasa dapat beringsut jika arus listrik dialirkan dalam kawat yang tidak berjauhan. Ini membikin Faraday berkesimpulan, jika magnit diketatkan, yang bergerak justru kawatnya. Bekerja atas dasar dugaan ini, dia berhasil membuat suatu skema yang jelas dimana kawat akan terus-menerus berputar berdekatan dengan magnit sepanjang arus listrik dialirkan ke kawat. Sesungguhnya dalam hal ini Faraday sudah menemukan motor listrik pertama, suatu skema pertama penggunaan arus listrik untuk membuat sesuatu benda bergerak. Betapapun primitifnya, penemuan Faraday ini merupakan “nenek moyang” dari semua motor listrik yang digunakan dunia sekarang ini.

Ini merupakan pembuka jalan yang luar biasa. Tetapi, faedah kegunaan praktisnya terbatas, sepanjang tidak ada metode untuk menggerakkan arus listrik selain dari baterei kimiawi sederhana pada saat itu. Faraday yakin, mesti ada suatu cara penggunaan magnit untuk menggerakkan listrik, dan dia terus-menerus mencari jalan bagaimana menemukan metode itu. Kini, magnit yang tak berpindah-pindah tidak mempengaruhi arus listrik yang berdekatan dengan kawat. Tetapi di tahun 1831, Faraday menemukan bahwa bilamana magnit dilalui lewat sepotong kawat, arus akan mengalir di kawat sedangkan magnit bergerak. Keadaan ini disebut “pengaruh elektro magnetik,” dan penemuan ini disebut “Hukum Faraday” dan pada umumnya dianggap penemuan Faraday yang terpenting dan terbesar.

Ini merupakan penemuan yang monumental, dengan dua alasan. Pertama, “Hukum Faraday” mempunyai arti penting yang mendasar dalam hubungan dengan pengertian teoritis kita tentang elektro magnetik. Kedua, elektro magnetik dapat digunakan untuk menggerakkan secara terus-menerus arus aliran listrik seperti diperagakan sendiri oleh Faraday lewat pembuatan dinamo listrik pertama. Meski generator tenaga pembangkit listrik kita untuk mensuplai kota dan pabrik dewasa ini jauh lebih sempurna ketimbang apa yang diperbuat Faraday, tetapi kesemuanya berdasar pada prinsip serupa dengan pengaruh elektro magnetik.

Faraday juga memberi sumbangan di bidang kimia. Dia membuat rencana mengubah gas jadi cairan, dia menemukan pelbagai jenis kimiawi termasuk benzene. Karya lebih penting lagi adalah usahanya di bidang elektro kimia (penyelidikan tentang akibat kimia terhadap arus listrik). Penyelidikan Faraday dengan ketelitian tinggi menghasilkan dua hukum “elektrolysis” yang penyebutannya dirangkaikan dengan namanya yang merupakan dasar dari elektro kimia. Dia juga mempopulerkan banyak sekali istilah yang digunakan dalam bidang itu seperti: anode, cathode, electrode dan ion.

Dan adalah Faraday juga yang memperkenalkan ke dunia fisika gagasan penting tentang garis magnetik dan garis kekuatan listrik. Dengan penekanan bahwa bukan magnit sendiri melainkan medan diantaranya, dia menolong mempersiapkan jalan untuk berbagai macam kemajuan di bidang fisika modern, termasuk pernyataan Maxwell tentang persamaan antara dua ekspresi lewat tanda (=) seperti 2x + 5 = 10. Faraday juga menemukan, jika perpaduan dua cahaya dilewatkan melalui bidang magnit, perpaduannya akan mengalami perubahan. Penemuan ini punya makna penting khusus, karena ini merupakan petunjuk pertama bahwa ada hubungan antara cahaya dengan magnit.

 

 

Faraday bukan cuma cerdas tetapi juga tampan dan punya gaya sebagai penceramah. Tetapi, dia sederhana, tak ambil peduli dalam hal kemasyhuran, duit dan sanjungan. Dia menolak diberi gelar kebangsawanan dan juga menolak jadi ketua British Royal Society. Masa perkawinannya panjang dan berbahagia, cuma tak punya anak. Michael Faraday wafat pada 25 Agustus 1867 di dekat kota London.